Berapa Raka’at Shalat Taraweh?

Di antara ikhtilaf (perbedaan) pendapat yang terjadi di tengah-tengah umat Islam di bulan Ramadhan ini adalah tentang jumlah raka’at shalat taraweh. Sebagian kaum muslimin meyakini bahwa jumlah raka’at dan tata cara pelaksanannya yang paling benar adalah pendapat kelompoknya. Sebagian lainnya mengikuti pendapat ormas (organisasi masyarakat) yang diikutinya dan alergi dengan selainnya. Berikut ini tulisan yang disarikan dari buku “’Adadu Rakaat Qiyamul Lail” karya Musthafa Al-Udwiy yang mengulas secara komprehensif jumlah raka’at shalat malam (taraweh di bulan Ramadhan) berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah.   

Musthafa Al-Udwiy memulai bukunya dengan mengutip dalil-dalil dari ayat Al-Quran tentang perintah mendirikan shalat malam (qiyamul lail). Di antara ayat-ayat yang mulia tersebut adalah:

“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.” (QS. Al-Furqan 63-64) 

“Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud.” (QS. Ali Imran: 113) 

“Hai orang yang berselimut, bangunlah di malam harikecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.” (QS. Al-Muzzamil: 1-4) 

“Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang. Dan pada sebagian dari malam, maka sujudlah kepada-Nya dan bertasbihlah kepada-Nya pada bagian yang panjang dimalam hari.” (QS. Al-Insan: 25-26). 

Ayat lain yang sejenis adalah surah Az-Zumar: 9, Adz-Dzariyat: 15-18, As-Sajdah: 15-16, dan Al-Isra: 79). Dari sekian ayat di atas, semuanya menunjukkan tentang waktu mendirikan shalat, yaitu malam hari. Dan waktu tersebut jelas tidaklah sama bagi orang yang shalat 10 menit saja dengan yang satu jam, begitupula tidak sama yang mendirikan shalat dan sujud untuk Allah di malam hari antara yang satu jam dengan yang dua jam, dan seterusnya. 

Selain diperintahkan dalam Al-Qur`an, terdapat hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pula yang memerintahkan hal yang sama di atas. Sebagaimana sabda shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Shalat yang paling disukai Allah adalah shalatnya Daud ‘alaihi wa salam, dan puasa yang paling disukai Allah adalah puasa Daud, Nabi Daud tidur setengah malam kemudian bangun sepertiganya dan tidur seperenamnya, dan berpuasa satu hari kemudian berbuka satu hari.” (Al-Bukhari no. 1131, Muslim 816). Di dalam hadits ini juga mengandung penjelasan bahwa waktu shalat tersebut adalah di malam hari. Dan lebih spesifik disebutkan bahwa sebaik-baiknya waktu mendirikan shalat malam adalah di serpertiga malam, sebagaimana yang paling dicintai Allah, shalatnya Nabi Daud ‘alaihi salam

Setelah menjelaskan tentang dalil perintah mendirikan shalat malam dan waktunya, penulis kemudian melontarkan beberapa pertanyaan;

  1. Bagaimana cara mendirikan shalat malam di waktu yang paling disukai Allah (sepertiga malam)?
  2. Apakah bacaan shalat dipanjangkan dan dibanyakkan, begitupula dilamakan dalam ruku’ dan sujud?
  3. Atau cukup meringankan bacaan dalam shalat serta ruku’ dan sujud tetapi membanyakkan jumlah raka’atnya?
  4. Apakah ada perbedaan antara yang mendirikan shalat sendirian (munfarid) dengan berjama’ah?
  5. Apakah ada perbedaan antara yang shalat menjadi imam dengan 10 pemuda yang kuat, misalnya, yang mana bisa mendirikan shalat lebih panjang dengan makmum (jama’ah shalat) berjumlah 100 ribu tetapi tidak bisa berdiri untuk shalat lebih lama? 

Ternyata, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas membutuhkan penjelasan yang panjang lebar sekaligus menunjukkan perbedaan (iktilaf). Oleh penulis, perbedaan jawaban atas permasalahan tersebut dikupas dengan selalu mengutip As-Sunnah, benar-benar mengajak para pembacanya agar mengilmui alasan-alasan perbedaan dalam mendirikan shalat malam, terutama ketika bulan Ramadhan umat Islam meramaikan masjid dengan taraweh. [BERSAMBUNG]