Profil

Nama lengkapku, Adi Tiar Winarto. Aku lebih senang dipanggil Tiar. Why? Karena nama tersebut bagiku cukup unik dan jarang orang yang bernama Tiar. Sejauh yang aku kenal, nama ‘Tiar’, hanya ada dua orang saja; Yari Tiar, temen sekelas di SMP BPI 2 Bandung dan Tiar Muslim, santri Gontor kelas 2 KMI. Ya….mungkin masih ada yang lain, tapi bagiku, nama ‘Tiar’ sudah cukup melekat. Seingatku, nama itu aku proklamirkan semenjak kelas 1 SMP, ketika masih pergi sekolah dari Sukamiskin ke Burangrang pake bis kota………. (oh…., tinggal kenangan……. I miss every second of it!)

Tempat tinggalku, terus terang, tidak tetap. Kata guru sejarah, kalo orang jaman purba itu tinggalnya “no maden,” berpindah-pindah. Terserah mau dikatakan seperti itu, ya, it’s me……!!! Jadi, sampai duduk di kelas 5 SD, saya menikmati sejuknya kota Apel Malang. Tepatnya, di Gg. Sidomulyo No. 28 Blimbing Malang. Di situ, bapakku (yarhamuhullah) punya pabrik kerupuk terkenal “Mirasa.” Konon, kerupuk produksi orang tuaku itu yang terbaik dan laku di mana-mana. Wajar saja, ketika itu semasa SD, rasanya hidup serba kecukupan. Bapak sering gonta-ganti mobil, dari Chevrolet pick up hingga sedan Peugeot. Entah kenapa, selera bapakku kok mobil produksi Amrik dan Eropa, nggak beli mobil buatan Jepang, ini yang nggak pernah terpikirkan hingga saat aku nulis ini, malam ini.

Sebenarnya ketika naik kelas 4, aku sudah pernah pindah ke Kelapa Satu Jakarta, deket Terminal Pulo Gadung. Setahun sekolah di SDN Pulogebang (lupa Pulogebang berapa…?), kemudian balik lagi ke Malang ngelajutin kelas 5 SD. Nah, naik kelas 6, aku pindah ke Bandung, di Jl. Rusbandi SH, No. 16. Saat itu sekolah di SDN Sindanglaya 5 sekitar 700 meter dari rumahku. Ada yang menarik saat aku menjadi anak baru di sekolah yang gedungnya gabung dari SDN Sindanglaya 1 sampai 7 itu, begitu masuk aku ditunjuk untuk jadi ketua kelas. Entah mengapa, konon kabarnya, wali kelas yang kebetulan perempuan ‘ada menaruh hati’ sama aku. Lho kok? iya, katanya aku terganteng…..mm…mm….mmm…. padahal ketika itu, aku juga perhatikan ada Yuri, yang keliatan “saingan gantengnya.” Tapi cerita ganteng itu nggak sekedar memuji diri lho, saolnya, banyak dari keluarga bapakku kalo lagi kumpul Idul Fitri, selalu menyamakan aku dengan Yoko, pemeran Pangeran Elang Sakti, sebuah film seri panjang yang diperankan Lie Teu Hua (Andi Lau). “Aduh, si irung bangir, siga Yoko nya….” ingat saya dulu selagi imut-imut…..bahkan menjelang SMP yang mulai beger pun, sering dipuji……mmmm…..indah nian ya masa-masa kita kecil, nggak seperti sekarang……..disebelin banyak orang!

Nah, lulus SD, aku didaftarin masuk SMP BPI 2 (Balai Pendidikan Indonesia) di Jalan Burangrang. Entah alasan apa, saya dimasukkin di sekolah yang cukup elit di kawasan Bandung kala itu. Aku cuma sering dengar aja, kalo itu rekomendasi kakakku yang saat itu sudah lebih dulu berhasil masuk SMUN 3 Bandung, sekolah favorit tempatnya anak-anak pinter se-Bandung. Jadi, agak minder juga, sekolah bareng orang-orang kaya, padahal bapak ketika di Bandung usahanya nggak sesukses saat di Malang. Di Bandung, bapak buka konveksi jual pakaian dan celana, sementara Emih (my beloved Mom), sempat buka warung bakso di depan rumah.

Saat aku duduk di kelas 2 SMP, pergaulan dengan anak-anak kaya yang nakal mulai berimbas pada diriku. Pengaruh pergaulan di BPI dengan M. Agus (temen berambut kriting berkacamata min) membuat aku terperosok ke kenakalan ABG masa itu. Sering pulang telat, biasanya kalo nggak selepas Ashar, ya pas Maghrib. Puncaknya, hari Sabtu, aku pernah nggak pulang, tapi ikut nginep di rumah temenku si Agus tadi itu. Nah, bapakku (yarhamuhullah) marah besar. Aku ingat, saat pulang hari Ahad-nya (Minggu) aku disambut dengan cacian dan kata-kata kasar. Aku hanya bisa menangis, menyesal tapi tidak kapok. Pernah, ketika aku pulang sekolah saat Maghrib, aku langsung dibawa ke kamar mandi dan kepala ini dicelupkan ke bak mandi karena marahnya…….. aku cuma bisa nangis terisak-isak, nggak bisa berkata apa-apa, sementara bapakku (yarhamuhullah) mengomeli dengan kata-kata kasar. Aku ingat betul, dia, bapakku (yarhamuhullah) selalu menggunakan kosa kata “kehet sia!” yang tidak aku mengerti betul artinya saat itu. Kadang-kadang kata-kata “anjing!” juga aku dengar. Astaghfirullah, semoga dosa-dosaku pada bapakku (yarhamuhullah) diampuniNya.

Nah, puncak dari segala puncak kenakalanku semasa SMP adalah saat aku membawa kabur motor milik pekerja Bapakku (yarhamuhullah) yang tadinya mau dipake kerja. Nekat bukan?!  Aku kabur dengan motor Suzuki RC 100, entah kemana…..yang aku ingin saat itu seperti lagu “aku ingin bebas…..lepas….seperti burung….” wuih…, pengalaman yang penuh tantangan…………. aku lari dari rumah…….kabur! Ketemu ama Markus, teman beragama Katolik tinggal di Lingkar Selatan Bandung. Berhari-hari aku tinggal di jalanan, sementara ortuku mencari di sekolahan, telepon sana-sini, sampai pada akhirnya aku kejar-kejaran dan berakhir di Kepolisian Buah Batu…….. Wah, ini kalo aku ceritakan detail tidak akan cukup malam ini aku tulis………

Untuk ‘memberi pelajaran’ kepadaku, aku diasingkan ke Depok 2, di rumah Uwaku yang kerja di Kedutaan Swiss. Sementara istrinya guru ngaji. Selama kelas 2 SMP aku tinggal di rumah Ferdi, di Depok 2, aku lupa perumahan apa itu namanya. Bukan tambah waras, malah gaul dengan anak2 yang dekat dengan Jakarta, justru malah mulai mengenal dunia gelap ABG……… Jarak sekolah dengan rumah Uwaku sangat dekat, 200 meteran, SMP Yapemri……. Di Depok aku mulai mengenal Dewa 19, Metallica, belum aku kenal dengan kelompok band Gun’s N’ Roses saat itu.

Tapi satu sisi, teman2 di rumah dan di sekolahan nggak bener, di rumah aku tetap ngaji bersama Uwaku. Sebenarnya ngajiku sudah cukup lancar. Bahkan di kelas 2 SMP Yapemri saat itu, akulah yang paling pinter agama. Maksudku, pengetahuan agama dan membaca al-Qur`anku paling baik. Ini, karena didikan Emih waktu di Malang, privat mengaji dari seorang guru NU yang setiap sore datang ke rumah……ya Allah, sungguh besar pahala ustadz itu….  aku lupa namanya….. selain itu, pernah waktu di kelas 3 SD, cuma 4 bulan, aku pernah nyantri di Pondok Pesantren al-Munawariyyah Bululawang Turen Malang. Tapi karena Emih nggak tega melihat aku, yang katanya pipi ini lebih mancung daripada hidungku, trus juga “budugan” (penyakit kulit), kepala plontos, ah kayak anjal-lah jaman sekarang ini……….akhirnya aku ditarik pulang………

WAH…KOK JADI KAYAK AUTOBIOGRAPHY BEGINI………… NGGAK SADAR MELEBAR DAN MEMANJANG BEGINI……PADAHAL PENGENNYA SERBA SINGKAT TAPI MEWAKILI EPISODE HIDUP INI…………INSYA ALLAH NTAR AKU TERUSIN……………………………………. udah jam 00.25 nih….besok pengen bangun shubuh tepat waktu nih….

Catatan: Tulisan ini saya ambil dari http://tiarwinarto.blog.friendster.com/2005/08/pragontor/ yang ditulis beberapa tahun sebelum blog ini dibuat.

Sekarang tinggal di 10th Street, Hayy Abdullah Fuad, Dammam, Wilayah Timur Kerajaan Arab Saudi.

Email: fakhri_jalal@yahoo.com

Nomor HP: +966530905405

Tinggalkan komentar