Saudi: Pemimpin Dunia Islam atau Antek Amerika?

Rasa-rasanya tak ada negara yang lebih menarik untuk dikupas melebihi Saudi Arabia. Sederet frase mungkin langsung terbayang dalam benak kita begitu mendengar nama Saudi. Negeri kelahiran Rasulullah SAW, dua kota suci, Wahabi, minyak, dan sebagainya. Perspektif orang terhadap negara tersebut pun secara umum terbagi dalam dua kutub ekstrem. Mengagumi sedemikian rupa atau membenci sejadi-jadinya.

Bagi yang mengagumi Saudi, negeri yang kini dinakhodai oleh Raja Abdullah tersebut selalu dilihat dalam kaca mata putih sebagai pelindung utama dakwah tauhid, negeri yang sukses mendistribusikan kemakmuran terhadap segenap rakyatnya, negeri yang sukses menegakkan keamanan di segenap penjuru wilayahnya, serta negeri yang konsisten dengan hukum Islam di tengah moderenitas. Sementara bagi para pembenci Saudi, negara tersebut selalu dilihat dengan kaca mata hitam sebagai negeri yang lahir dari satu ‘paham’ yang sering dibilang ‘keras dan intoleran’, antek Amerika, pengusung diktatorisme, pembela feodalisme, pengekang hak-hak wanita, serta kehidupan glamour sebagian elitnya. Baca lebih lanjut

Bagaimana Sikap Seorang Muslim Ketika Menghadapi Persoalan Agama?

Syaikh DR. Anis bin Thahir Al Andunisy hafizhahullah (sekarang pengajar tetap masjid nabawi dan dosen mahasiswa Pasca Sarjana di Universitas Islam Madinah) ketika beliau mengajar:

“Setiap permasalahan agama hendaklah dilakukan tiga tahapan:

1. طلب الدليل
2. طلب صحة الدليل
3. طلب صحة الاستدلال

1. Mencari/ mengumpulkan Dalil

2. Mencari/ mengumpulkan keshahihan dalil (yaitu mana dalil yang shahih diambil dan yang lemah apalagi palsu ditinggalkan)

3. Mencari/ mengumpulkan keshahihan pendalilan (yaitu mana dalil yang shahih tadi memang pantas dan cocok di dalam permasalahan ini diambil dan yang tidak cocok pendalilannya meskipun shahih ditinggalkan)”

ps.

1. Apakah ada dalilnya?
2. Kalau ada dalilnya apakah shohih atau tidak?
3. Kalau shohih apakah pemahan atas dalil tersebut benar atau tidak? (via rizqo)

Ketika Salafy Dikepung Dari Segala Penjuru…!!

Shahabat …,
Pernahkah kita merenung tentang golongan-golongan yang memusuhi Dakwah Salaf ini..? Pernahkah terbenak difikiran kita kenapa
golongan-golongan Islam, bersepakat memusuhi dakwah yang Haq ini..?

Jawabannya hanya 1: Masing-masing golongan yang memusuhi dakwah yang mulia ini, bukan lantaran murni membela agama islam dan melindungi islam melainkan lantaran adanya kepentingan-kepentingan masing-masing golongan terhadap apa yang telah dilakukan dengan menerapkan metode tashfiyah yakni pemurnian agama yang dilakukan oleh Dakwah Ahlussunnah Wal Jama’ah.

Coba anda lihat diantara golongan dalam Islam yang paling banyak gesekannya adalah terarah kepada Dakwah Salafiyyah, seluruh golongan sangat memusuhi dakwah ini.
Baca lebih lanjut

Membajak Salafi

Lebih satu dekade terakhir ini dakwah salafiyah berkembang pesat di tanah air. Esensi dari dakwah tersebut adalah sebuah seruan kepada segenap kaum muslimin untuk kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Sunnah berdasarkan pemahaman generasi awal umat (salafus saleh). Ditinjau dari sisi historis, gerakan salafiyah bukan hal baru dalam dinamika dakwah di tanah air. Awal abad XIX, di tanah Minang berkembang gerakan pemurnian Islam oleh kaum Paderi sebagai pengaruh langsung dari dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab al-Tamimi rahimahullâh di Semenanjung Arabia. Gerakan Paderi sebagai perlawanan militer memang berhasil dipatahkan oleh pemerintah colonial Belanda. Namun gerakan Paderi sebagai satu upaya pembaharuan Islam justru makin berkembang ke seantero negeri. Sepeninggal Tuanku Imam Bonjol, gerakan pembaharuan Islam dilanjutkan oleh satu kelompok yang disebut sebagai Sumatera Thawalib. Salah satu tokoh terkenal dari Sumatera Thawalib adalah Haji Abdul Karim yang merupakan ayahanda Prof. Dr. HAMKA. Baca lebih lanjut