Tentang Hadits Palsu

Banyak faktor yang mendorong dibuatnya hadits-hadits palsu, diantaranya:

1. Mendekatkan Diri kepada Allah Ta’ala

Yaitu dengan membuat hadits-hadits palsu yang memotivasi (targhib) manusia kepada amal-amal kebaikan dan menakut-nakuti mereka (tarhib) dari perbuatan munkar. Para pembuat hadits-hadits palsu dengan motif ini adalah orang-orang yang sangat dekat kepada sifat zuhud dan terkenal dengan keshalehannya (ahli ibadah). Mereka ini adalah seburuk-buruk para pembuat hadits palsu, karena manusia mudah tertipu dengan keshalehan mereka.

Beberapa yang terkenal diantara mereka adalah Maisarah bin Abdi Rabbih. Ibnu Hibban meriwayatkan dalam kitab adh-Dhu’afa’ dari Ibnu Mahdi, ia berkata : Aku berkata kepada Maisarah bin Abdi Rabbih, “Darimana engkau datangkan hadits-hadits ini; ‘Siapa membaca ini maka baginya pahala seperti ini’?” Ia menjawab, “Aku memalsukannya untuk memotivasi manusia!” Baca lebih lanjut

Waktu Imsak yang Dikelirukan

SUDAH JAMAK di tengah masyarakat muslim dunia tersebar jadwal shalat 5 waktu dalam sehari. Utamanya di bulan suci Ramadhan, ada penambahan jadwal, yaitu waktu “imsak.” Secara bahasa imsak adalah “menahan”. Terkait dengan puasa, secara syar’i, imsak berarti menahan makan dan minum serta segala perbuatan yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga tenggelamnya matahari. Fajar yang terbit dimaksud di sini adalah fajar yang kedua, disebut “fajar shadiq” atau waktu masuknya shalat fajar (shubuh) dengan pertanda dikumandangkan adzan shalat shubuh. Tetapi di Indonesia khususnya, dari iklan produk obat hingga kampanye anggota DPR ramai mencetak jadwal imsakiyah dengan menuliskan waktu imsak 10 menit menjelang adzan shalat shubuh. Bahkan, Departemen Agama Republik Indonesia merilis secara resmi jadwal serupa. Benarkah menurut syari’at, imsak adalah waktu sebelum adzan shubuh berkumandang?

Ada beberapa kalangan berpendapat bahwa yang dilakukan kaum muslimin di Indonesia dengan menghentikan aktivitas yang membatalkan puasa sesuai jadwal imsak sebelum adzan shalat shubuh adalah sikap kehati-hatian agar tidak merusak puasa.  Pemikiran ini sebenarnya bukan ciri khas agama Islam. Agama Islam adalah agama pertengahan (wasath), tidak ifrath (berlebihan, ekstrim) tetapi juga tidak tafrith (melalaikan, meremehkan). Hal inilah yang membedakan dan menyelisihi agama sebelumnya, Yahudi yang sangat ekstrim dalam syari’atnya sementara Nashara kebalikannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:  “Sesungguhnya agama itu mudah, dan sekali-kali tidaklah seseorang memperberat agama melainkan akan dikalahkan, dan (dalam beramal) hendaklah pertengahan (yaitu tidak melebihi dan tidak mengurangi), bergembiralah kalian, serta mohonlah pertolongan (didalam ketaatan kepada Allah) dengan amal-amal kalian pada waktu kalian bersemangat dan giat.” (HR. Bukhari).

Yang lebih utama lagi, bahwa peribadatan dalam agama Islam mempunyai sifat tauqifiyah (sudah ditentukan oleh Allah ta’ala dan Rasul-Nya). Selain itu, ibadah harus bersumber dari musyarri’ (Yang berhak menetapkan syari’at) yaitu Allah ta’ala. Dalam masalah imsak, Allah telah memberikan arahan sebagai berikut: “Makan dan minumlah kalian hingga jelas bagimu benang putih dan benang hitam, yaitu fajar ….”  (Al-Baqarah: 187). Ayat ini diperjelas oleh hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sabdanya: “Apabila Bilal mengumandangkan adzan (pertama), maka (tetap) makan dan minumlah hingga Ibnu Ummi Maktum mengumandangkan adzan.” (Muttafaqun ‘alaih). Ayat Al-Qur`an dan hadits yang mulia ini mengajarkan kepada kita bahwa waktu imsak adalah saat fajar kedua (fajar shadiq) pertanda waktu mendirikan shalat shubuh tiba.
Baca lebih lanjut

Ketika Rokok Mempengaruhi Aqidah

Sebut saja namanya Ustad A, sambil mengepit rokok dengan 2 bibirnya ia menyodorkan bungkus rokok tersebut yang masih tersisa beberapa batang kepadaku, “Rokok?” tawarnya .

“Tidak” ujarku

“Kenapa, Haram ya?”,

“Rokok menimbulkan banyak penyakit” jawabku,

“Hmm..padahal sakit dan kematian itu di tangan Allah!”

Aku tertegun, terdiam, heran melihat fenomena yang baru saja terjadi,bagaimana sebuah batang kecil yang tidak lebih dari 9 centi tersebut mampu merubah pola pemikiran seseorang dalam sekian detik. Baca lebih lanjut

Mengapa imam Syiah terbatas pada keturunan Husain?

Mengapa imam Syiah terbatas pada keturunan Husain? Tidak dari keturunan Hasan.

Pasalnya Husain menikahi seorang wanita tawanan dari Persia yg bernama Syahzanan, yaitu putri raja Persia Yazdajir ke-3, raja Persia terakhir dari dinasti Sasaniya yg dikultuskan. Putri tsb tertawan di saat perang, kemudian dikirimkan ke ibukota negara Islam, Madinah. Putri ini dibawa kehadapan Khalifah Umar bin Khattab. 

Semua mata memandang kepadanya, jangan-jangan diberikan kepada Umar atau putranya, Abdullah bin Umar.Tetapi Al-Faruq tidak pernah mengistimewakan dirinya sendiri atau putranya atau seorang dari keluarganya. Tetapi Umar mengkhususkan kepada keluarga Nabi. Maka dihibahkanlah putri tadi kepada Husain bin Ali radhiallahu ‘anhu. Setelah Husain menikahinya lahirlah putra yg diberi nama Ali bin Husain yg bergelar Zainal Abidin.

Syi’ah melihat bahwa darah yg mengalir pada diri Ali bin Husain & keturunannya adalah darah Iran yg kembali kepada raja-raja dinasti Sasaniyah. Karena itu orang Majusi mengkhususkan keturunan Husain untuk menjadi syarat sah imamah, tanpa keturunan Hasan yg LEBIH TUA & LEBIH BERHAK.

Jadi mereka tidak meyakini & mengagungkan melainkan penduduk Persi sendiri bukan semata Ahlul Bait seperti yg diyakini orang-orang yg tidak tahu menahu tentang Syi’ah. Begitulah fanatik Majusiyah mendasari perjalanan Syi’ah.

_______________

Sumber: Gen Syiah, Syaikh Mamduh Farhan Al Buhairi

Bid’ah

Oleh : Rizqo Kamil Ibrahim

بدعة في الجغرافية أحدثها فتى حديث السن خامل الذكر لم تكن لتصادف إلا الإغضاء و التكذيب و حسبت من قبيل الخرافات و أباطيل التي كان الدجلون يأتون بأمثالها”

 Bid’ah di dalam geografi yang diprakarsai oleh seorang Pemuda yang tidak  dikenal itu,tidak mendapat anggapan , malahan  tuduhan dusta,membuat khurofah dan kebatilan yang mana hanya “dajjal”(pembohong besar) yang melakukannya disematkan padanya”(Qiroatu arrosyidah li soffie arrobie’ kulliyyatul mua’llimina  al-islamiyyatu,hal: 16)

Itulah sekelumit cerita bersejarah yang dikisahkan oleh kitab ” qiroat ar-rosyiedah” yang berjudul   “إكرستوفر كولمبس” (Christopher Colombus).

Christopher Colombus dalam sejarahnya merupakan sosok yang kontroversial di masanya ,Ia berkeyakinan dapat sampai ke Benua Asia dengan berlayar kearah barat melewati Samudra Atlantik.Bid’ah atau gebrakan dalam dunia pelayaran yang digagas olehnya cukup membuat namanya diperbincangkan.

Di akhir cerita Christoper Colombus berubah dari sosok yang dianggap gila menjadi sosok fenomenal karena Bid’ah ,gebrakan, atau kreasi yang dibuatnya berakhir manis, walaupun tidak mendarat di Asia , Christoper berhasil mendarat di benua entah berantah, yang kini dikenal sebagai “Amerika”.

Dalam cerita ini ada hal menarik yang perlu digaris bawahi, sang pengarang menggunakan kata “bid’ah” dalam cerita di atas yang bermakna” innovation” dalam bahasa inggris dan “Inovasi” atau mungkin gebrakan di dalam bahasa Indonesia.Kemungkinan pertanyaan yang muncul, “bukankah bid’ah hanya berkisar dalam hal – hal yang berhubungan dengan keagamaan saja?” Baca lebih lanjut